Brilio.net - Yogyakarta memang surganya kuliner. Namun ternyata tak banyak yang tahu jika kota dengan sebutan Jogja ini punya kuliner tradisional yang sangat unik, yakni Tolpit. Disebut unik karena kepanjangan dari 'kontol kejepit'. Bentuknya menyerupai alat kelamin laki-laki yang terjepit sesuatu.

Camilan ini sebenarnya memiliki nama asli Adrem. Namun karena bentuknya yang unik, orang lebih mengenalnya dengan istilah Tolpit. Seiring berkembangnya zaman, Adrem mulai dilupakan oleh masyarakat modern. Kebanyakan dari mereka mulai tak mengenal lagi jenis makanan tradisional satu ini. Namun sejak media sosial mulai berkembang, masyarakat mulai penasaran dengan jenis jajanan lawas ini.

Adrem merupakan makanan ringan dengan bahan baku campuran antara tepung beras, parutan kelapa, gula Jawa dan vanili. Rasanya tak jauh berbeda dengan kue cucur yang saat ini masih banyak ditemui.

Beberapa waktu lalu brilio.net mendatangi salah seorang pelestari Tolpit alias Adrem di Sanden, Bantul. Adalah Satini, wanita 41 tahun yang membuat Adrem sejak tahun 2015. Kini usahanya makin berkembang dan mulai memasuki beberapa pasar tradisional yang ada di Bantul, Kulonprogo, hingga luar kota.

foto: Brilio.net/Ivanovich Aldino



"Sejauh ini di pasar-pasar dekat sini. Daerah Bantul, Kulonprogo dan banyak juga yang di luar kota itu pada ngambil untuk oleh-oleh," ujar Satini membuka obrolan.

Awal mulanya Satini hanya menjual aneka snack yang bisa dijadikan oleh-oleh wisatawan. Namun ketika adanya program desa yang membuat dusun unggulan, maka Adrem menjadi salah satu yang harus mereka kembangkan. Sejak saat itulah Satini mulai merintis usahanya.

foto: Brilio.net/Syamsu Dhuha



"Untuk Adrem sendiri awal mulanya memang program desa. Jadi kita mengikuti program desa yang awalnya saya sebenarnya bukan Adrem, tapi aneka snack. Terus ada program dari desa, yang membuat dusun unggulan di sini, di dusun ini jatuh pada Adrem. Jadi sebenarnya saya dari nol merintis Adrem," kata Satini.

Di Desa Murtigading, Sanden, Bantul sendiri terdapat beberapa titik pembuatan Adrem. Meski demikian, Satini mengaku bahwa Adrem yang dibuatnya memiliki cita rasa berbeda. Ibu tiga anak ini tak pernah mengubah cita rasa dari Adrem itu sendiri, hanya saja ia memberikan inovasi baru dengan rasa yang lebih renyah. Proses pembuatannya pula memiliki teknik khusus.

foto: Brilio.net/Syamsu Dhuha



"Mereka bilang (pelanggan) Adrem punya saya itu memang lain dari pada yang lain. Dan di sini, saya juga sebagai narasumber yang pertama kali ketika adanya pencetus Adrem di dusun ini. Terus saya dari pertama sampai sekarang itu memang tidak mengubah-ubah. Ciri khas Adrem saya kata konsumen, itu ada kekhasan sendiri. Kering di luar tapi lumer di dalam," sambungnya.

Menurut Satini, Adrem merupakan makanan yang cukup merakyat sehingga mudah diterima oleh berbagai kalangan. Bahkan di Bantul sendiri ketika ada acara khusus maka Adrem menjadi sajian yang tak dilupakan. Kini masyarakat kota juga mulai tertarik untuk mencicipi jajanan tradisional Yogyakarta ini.

foto: Brilio.net/Syamsu Dhuha



Saking ramainya yang menaruh minat pada makanan satu ini, Satini dalam sehari bisa memproduksi 40 kg dan itu setara dengan 2.400 Adrem dalam seharinya. Satini mengaku bahkan jika pesanannya banyak, ia bisa membuat lebih dari itu.

Menurut Satini, dirinya dan warga kampungnya sampai saat ini lebih senang menyebut camilan itu bernama Adrem, bukan Tolpit. Penamaan Tolpit itu menurut Satini sebenarnya berasal dari orang-orang zaman dahulu yang gaya bicaranya tanpa tedeng aling-aling dan suka mempelesetkan nama-nama.

"Kalau ada konsumen ke sini, saya bilang, 'Nggak, itu namanya tetap Adrem (bukan Tolpit)'. Sebenarnya kan bentuknya mirip sama apem, sama cucur, tapi nggak dijapit. Tapi ya berkat nama Tolpit itu saya bersyukur malah Adrem dari Sanden ini bisa booming ke mana-mana. Ya karena nama itu (Tolpit)," papar Satini.

Harga yang ditawarkan untuk satu Adrem hanya Rp 800, namun jika sudah dikemas, maka harganya hanya Rp 5.000. Terbilang cukup murah untuk dijadikan oleh-oleh.

Meski namanya sudah cukup terkenal, namun masih banyak yang belum mencicipi camilan tradisional satu ini. Nah, gimana? Kamu tertarik untuk mencobanya? Kamu lebih suka menyebut dengan nama Tolpit atau Adrem nih?