Brilio.net - Saat itu, waktu menunjukkan pukul 19.00 WIB. Anak-anak muda terlihat silih berganti mendatangi sebuah rumah tradisional di dekat Alun-alun Utara, Yogyakarta. Saat mendekati bangunan itu, bau kopi langsung tercium.

Ya, sejak dua bulan terakhir, bangunan yang tak lain adalah Kedai Kopi Walik itu banyak dikunjungi orang untuk mencicipi kopi. Tak sekadar menikmati kopi dari gelas atau cangkir, tetapi di sana ada cara yang tak biasa. Pengunjungnya menikmati segelas kopi dengan gaya nenek moyang yakni membalik gelas ke lepek. Lalu baru menyeruputnya perlahan-lahan hingga tandas.

foto: brilio.net/Hira Hilary Aragon

Fina Permana Sari, konseptor yang menyulap bangunan di kawasan Keraton Yogyakarta, menjadi kedai Kopi Walik. Dulunya bangunan ini sepi dan kini menjadi tempat yang setiap malamnya ramai dikunjungi anak muda.

"Saya mencoba menu kuliner antik yang pas dengan lokasinya di alun-alun. Terus saya cari cara mengundang anak muda mau nongkrong di tempat yang unik," ungkap Fina kepada brilio.net di Kedai Kopi Walik Yogayakarta, Rabu (11/4).

Wanita ini menungkapkan idenya itu bermula saat melihat minat anak muda lebih senang nongkrong di tempat mewah dengan menu-menu mahal. Lalu terdorong membikin sebuah tempat di mana anak muda zaman sekarang bisa menikmati kopi ala nenek moyang.

"Kalau eyang kita dulu kan minumnya di tuang di lepeknya itu terus baru di minum dari lepeknya. Lalu saya mencoba untuk gelasnya di balik supaya panas kopinya tahan lama," ujarnya.

foto: brilio.net/Hira Hilary Aragon

Perlahan-lahan, konsep yang Fina usung tersebut rupanya diterima dengan baik anak muda dan wisatawan. Tak hanya pecandu kopi, namun orang yang baru mau mencicipi kopi juga tertarik.

"Kami mau memperkenalkan gaya minum kopi orang dulu tetap nikmat di zaman sekarang yang bikin kopi pakai mesin semua," tambah wanita berkacamata tersebut.

Untuk para penikmat kopi walik pemula, Fina dan beberapa kerabatanya di kedai menanyakan kepada pembelinya apakah sudah pernah mencoba metode gelas terbalik. Bila belum pernah mencoba, Fina dan barista lainnya menjelaskan bagaimana cara menikmatinya.

"Jadi caranya kan ada beberapa kopi yang melebar keluar, ketika sudah habis ini gelasnya kita angkat perlahan-lahan nanti ada keluarganya. Jadinya harus sabar," katanya.

foto: brilio.net/Hira Hilary Aragon

Pengalaman pengujung di Kopi Walik pun cukup beragam. Dari pengunjung yang kesusahan meminumnya, hingga tragedi tumpah kerap terjadi. Cara menikmati yang benar dengan pelan-pelan memutar gelas yang disajikan.

Meski demikian, respons dari masyarakat pun begitu antusias. Banyak orang yang berdatangan karena merasa penasaran. Bahkan ada orang Aceh yang pernah datang dan menyebutnya unik. Di Aceh menikmatinya dengan sedotan, bukan langsung pakai mulut.

Biji kopi pilihan

Sekilas, tampilan kopi walik tak ada berbeda dari kopi lainnya. Namun cara membuat kopi walik sendiri rupanya berbeda. Kopi dan gula di masak secara bersamaan dengan air di wajan.

"Jadi pas ada yang order baru di masak, jadi nggak dari air panas yang di seduh di gelas, tapi prosesnya di masak semua," tambah wanita 30 tahun ini.

Untuk kopi yang digunakan sendiri di kedai ini juga tak asal. Kopi robusta dari daerah Temanggung dipilih karena salah satu kopi lokal terbaik. Biji-biji kopi tersebut mereka dapatkan dari seorang teman yang kebetulan memiliki perkebunan kopi di Temanggung.

foto: brilio.net/Hira Hilary Aragon

Namun tak hanya kopi robusta Temanggung saja yang dapat disajikan dengan walik. Beragam kopi lainnya dapat disajikan dengan cara yang sama.

Kedai yang buka dari pukul 16.00 WIB sampai 23.00 WIB dapat terjual 40-50 gelas. Ke depannya kedai Kopi Walik ingin menambah menu yaitu kopi Aceh, Kintamani, dan lainnya tapi tetap di nikmati dengan gelas terbalik.