Brilio.net - Cumi-cumi menghasilkan tinta hitam sebagai alat pelindung diri dari berbagai ancaman hewan lain maupun manusia. Tinta ini akan dikeluarkan oleh cumi saat keadaannya terasa terancam. Ketika tinta hitam keluar, cumi-cumi akan segera bersembunyi.

Berbicara mengenai tinta cumi, ternyata banyak pencinta kuliner yang suka mengonsumsi alat pelindung cumi-cumi ini lho. Namun, apakah sebenarnya aman mengonsumsi tinta hitam cumi? Biar nggak ragu lagi, simak penjelasan BrilioFood yang dilansir dari berbagai sumber pada Senin (6/12).

Tinta cumi dikenal juga dengan nama cephalopoda yang terbuat dari berbagai senyawa. Dilansir dari webmd.com, ada enzim pembentuk melanin, peptidoglikan dari gula dan protein, katekolamin atau hormon protein, asam amino, logam, serta rabun tetrodotoxin.

foto: freepik.com

Terdapat kandungan melanin pada tinta cumi, inilah yang menyebabkan tinta memiliki warna hitam. Sejak berabad-abad lalu, tinta cumi ini dikenal sangat bermanfaat. Bisa digunakan untuk obat tradisional, alat tulis, kosmetik, dan campuran makanan.

Beberapa negara memanfaatkan tinta cumi ini jadi bahan makanan, seperti di Jepang, Yunani, hingga Indonesia. Tinta cumi dapat diolah menjadi saus pasta, sup, pewarna kue, maupun saus buat hidangan cumi khas Nusantara.

foto: freepik.com

Dilansir dari National Library of Medicine, tinta cumi dapat bermanfaat untuk kesehatan jika dikonsumsi. Tinta cumi dapat bersifat sebagai antimikroba untuk menetralkan bakteri dan virus.

Nutrisi pada tinta cumi juga dapat berfungsi untuk mencegah pembentukan sel kanker, mengatasi anemia, meningkatkan imun tubuh, dan masih banyak lagi lainnya.

foto: unsplash.com

Namun, tinta cumi nggak melulu atau 100 persen aman untuk dikonsumsi, lho. Dilansir dari healthline.com, tinta cumi bisa berisiko berbahaya untuk orang-orang yang memiliki alergi. Reaksi alergi tinta cumi mirip dengan alergi seafood. Sehingga, jika kamu memiliki alergi seafood, sebaiknya kurangi atau hindari mengonsumsi tinta cumi.