Brilio.net - Bayangkan suasana sebuah ruang sidang kasus korupsi yang biasanya tegang dan formal. Tiba-tiba, seorang saksi yang juga mantan menteri, dengan santai mencicipi barang bukti berupa butiran gula putih langsung di hadapan jaksa dan hakim. Bukan adegan dalam film, momen mengejutkan ini benar-benar terjadi dan langsung menjadi sorotan. Thomas Lembong atau Tom Lembong melakukan aksi tak terduga itu dalam sidang Selasa (1/7) untuk membantah tuduhan bahwa gula rafinasi sangat berbahaya jika dikonsumsi.

Aksi tersebut sontak memantik rasa penasaran banyak orang. Jika bisa dicicipi begitu saja, lantas mengapa peredaran gula rafinasi begitu diatur ketat dan tidak boleh dijual bebas di warung atau supermarket? Apa sebenarnya yang membedakan gula super putih itu dengan gula pasir yang setiap hari kamu gunakan untuk membuat kopi atau teh manis di rumah? Pertanyaan ini penting, karena sebagai konsumen, memahami apa yang masuk ke tubuh kita adalah sebuah keharusan. Yuk, kupas tuntas dunia pergulaan yang ternyata tak sesederhana rasanya yang manis.

Mengenal Tiga "Aktor Utama" dalam Drama Gula Nasional

Kehebohan akibat aksi Tom Lembong sebenarnya membuka jendela pengetahuan tentang tiga jenis gula yang menjadi tulang punggung konsumsi dan industri di Indonesia. Mungkin selama ini kamu hanya mengenal "gula pasir", padahal ada dua "saudaranya" yang lain dengan peran dan karakteristik yang sangat berbeda. Mari kenalan satu per satu, berikut ulasannya dirangkum BrilioFood dari Antara dan beberapa sumber lainnya, Rabu (2/7).

1. Gula Kristal Putih (GKP): Si Sahabat Setia di Dapurmu

foto ilustrasi: Freepik/stockking

Inilah dia gula yang paling kamu kenal: Gula Kristal Putih (GKP) atau yang lebih akrab disebut gula pasir. Gula inilah yang tersedia di toples mejamu, yang kamu taburkan di atas roti tawar, dan menjadi kunci kelezatan aneka kue buatan ibu di rumah. GKP diproduksi dari tebu lokal maupun gula mentah impor yang kemudian diolah untuk konsumsi rumah tangga.

Warnanya putih, namun jika dibandingkan berdampingan dengan gula rafinasi, warna GKP akan terlihat sedikit lebih kusam atau kekuningan. Dalam standar internasional, tingkat kemurnian dan warna gula diukur dengan satuan ICUMSA (International Commission for Uniform Methods of Sugar Analysis). Semakin rendah angka ICUMSA, semakin putih dan murni gula tersebut. Gula pasir konsumsi (GKP) umumnya memiliki standar ICUMSA antara 200 hingga 300. Inilah standar gula yang aman dan lazim untuk konsumsi langsung.

2. Gula Rafinasi: Si Putih Bersih yang Penuh Kontroversi

foto ilustrasi: Freepik/fabrikasimf

Nah, ini dia bintang utama dari aksi Tom Lembong. Gula rafinasi adalah gula yang telah melalui proses pemurnian atau rafinasi yang lebih lanjut. Bahan bakunya adalah gula mentah (raw sugar) yang dimurnikan sedemikian rupa untuk menghilangkan molase (tetes tebu) dan mineral lainnya, sehingga menghasilkan sukrosa dengan tingkat kemurnian yang sangat tinggi.

Hasilnya? Gula dengan butiran yang seringkali lebih halus dan warna yang sangat putih cemerlang. Karena tingkat kemurniannya yang tinggi, angka ICUMSA gula rafinasi sangat rendah, biasanya di bawah 45. Fakta mengejutkan yang diungkap Tom Lembong di persidangan ada benarnya: secara teknis, gula rafinasi lebih murni daripada gula pasir biasa.

Lalu, jika lebih murni, mengapa dianggap "berbahaya" dan dilarang beredar di pasar eceran? Kata "berbahaya" di sini perlu diluruskan. Gula rafinasi tidak beracun. Namun, peredarannya diatur ketat karena dua alasan utama:

- Kebutuhan Industri: Industri makanan dan minuman skala besar (seperti pabrik minuman bersoda, biskuit, atau permen) membutuhkan gula dengan tingkat kemurnian dan warna yang konsisten agar tidak mengubah rasa dan tampilan produk akhir mereka. Gula rafinasi memenuhi standar presisi ini.

- Alasan Ekonomi: Jika gula rafinasi yang diproduksi dari gula mentah impor yang lebih murah dibiarkan membanjiri pasar konsumen, maka harga gula pasir lokal (GKP) yang diproduksi oleh petani tebu dalam negeri akan jatuh. Regulasi ini bertujuan melindungi industri gula nasional dan nasib jutaan petani tebu.

3. Gula Kristal Mentah (GKM): Cikal Bakal yang Tak Boleh Dicicipi

foto: freepik.com

Jenis ketiga adalah Gula Kristal Mentah (GKM) atau raw sugar. Inilah bahan baku dasar sebelum diolah menjadi GKP ataupun gula rafinasi. Warnanya kecoklatan karena masih mengandung banyak molase dan kotoran alami lainnya.

GKM sama sekali tidak direkomendasikan untuk dikonsumsi langsung. Gula ini harus melalui proses pengolahan di pabrik terlebih dahulu untuk dibersihkan dan diputihkan sebelum aman dan layak menjadi gula konsumsi. Jadi, jika ada yang bilang semua gula sama saja, jelas itu keliru besar. GKM adalah bukti nyata ada gula yang memang tidak seharusnya masuk ke dapurmu.

Tabel Perbandingan Singkat: GKP vs Gula Rafinasi vs GKM

Agar lebih mudah memahaminya, coba perhatikan tabel perbandingan di bawah ini:

Fitur Gula Kristal Putih (GKP) Gula Rafinasi Gula Kristal Mentah (GKM)
Nama Populer Gula Pasir, Gula Konsumsi Gula Industri Raw Sugar, Gula Mentah
Warna Putih (sedikit kusam) Sangat Putih Bersih Kecoklatan
Tekstur Kristal standar Seringkali lebih halus Kristal kasar dan lengket
ICUMSA Sedang (200-300) Sangat Rendah ( Sangat Tinggi (> 1000)
Tujuan Utama Konsumsi rumah tangga, horeka Bahan baku industri makanan & minuman Bahan baku pabrik gula
Konsumsi Langsung YA TIDAK DIANJURKAN (karena regulasi) TIDAK BOLEH

Menjadi Konsumen Cerdas: Cara Sederhana Mengenali Gula

Meskipun ada larangan, kadang kala gula rafinasi masih bisa "bocor" ke pasar eceran dan dijual kiloan di warung atau pasar tradisional, seringkali dengan harga lebih murah. Agar kamu tidak salah beli, ada beberapa cara mudah untuk mengenalinya:

1. Perhatikan Warnanya: Letakkan sedikit gula di telapak tanganmu. Gula rafinasi akan terlihat jauh lebih putih bersih dan cemerlang dibandingkan gula pasir biasa yang warnanya sedikit lebih redup.
2. Rasakan Teksturnya: Butiran gula rafinasi umumnya lebih kecil, halus, dan seragam. Saat digosokkan di antara jari, rasanya lebih "lembut".
3. Cek Kemasannya: Gula pasir konsumsi yang legal biasanya dijual dalam kemasan bermerek yang mencantumkan logo SNI (Standar Nasional Indonesia) dan informasi produsen. Waspadalah jika menemukan gula dijual dalam kemasan plastik bening polosan tanpa merek, terutama jika ciri fisiknya sangat putih dan halus.

FAQ Pertanyaan Umum Seputar Konsumsi Gula

1. Berapa sih batas aman konsumsi gula harian agar tidak berisiko bagi kesehatan?

Tentu ada batasnya. Menurut rekomendasi dari Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), anjuran konsumsi gula per orang per hari adalah 10% dari total energi (200 kkal). Ini setara dengan 4 sendok makan atau 50 gram gula per hari. Batasan ini mencakup semua jenis gula tambahan, termasuk yang ada di dalam kue, minuman manis, saus, dan makanan olahan lainnya, bukan hanya gula yang kamu tambahkan sendiri ke dalam minuman.

2. Selain diabetes, apa saja risiko kesehatan jika terlalu banyak mengonsumsi gula?

Fokus banyak orang memang pada diabetes, padahal dampaknya jauh lebih luas. Konsumsi gula berlebih secara konsisten dapat memicu berbagai masalah kesehatan, seperti:
- Obesitas: Gula mengandung kalori tinggi tanpa nutrisi esensial (kalori kosong), yang jika tidak dibakar akan disimpan sebagai lemak.
- Penyakit Jantung: Dapat meningkatkan kadar trigliserida, kolesterol jahat (LDL), dan tekanan darah.
- Perlemakan Hati (Fatty Liver): Hati akan mengubah kelebihan gula menjadi lemak, yang bisa menumpuk dan mengganggu fungsi hati.
- Masalah Kulit: Memicu peradangan yang dapat memperburah jerawat dan mempercepat penuaan dini (keriput).
- Karies Gigi: Bakteri di mulut sangat menyukai gula dan menghasilkan asam yang dapat merusak email gigi.

3. Apakah gula alami dari buah-buahan sama bahayanya dengan gula tambahan?

Ini pertanyaan bagus! Gula dalam buah (fruktosa) memang secara kimiawi mirip dengan gula tambahan. Namun, perbedaannya sangat signifikan. Gula dalam buah hadir bersama serat, air, vitamin, dan antioksidan. Serat memperlambat penyerapan gula ke dalam aliran darah, sehingga tidak menyebabkan lonjakan gula darah yang drastis. Sebaliknya, gula tambahan pada minuman soda atau permen adalah kalori kosong yang langsung diserap tubuh. Jadi, makan buah utuh jauh lebih sehat dan aman dibandingkan mengonsumsi produk dengan gula tambahan.

4. Bagaimana dengan pemanis lain seperti brown sugar atau gula aren? Apakah lebih sehat dari gula pasir putih?

Brown sugar (gula cokelat) pada dasarnya adalah gula pasir putih yang ditambahkan kembali molase, sementara gula aren berasal dari nira pohon aren. Keduanya memang mengandung sedikit mineral (seperti kalium dan kalsium) yang tidak ada pada gula putih. Namun, kandungan mineral ini sangat kecil sehingga tidak memberikan dampak signifikan bagi kesehatan. Secara kalori dan efek terhadap gula darah, keduanya hampir sama dengan gula pasir putih. Jadi, anggaplah mereka setara dan tetap batasi konsumsinya.

5. Di mana saja sumber gula tersembunyi yang sering tidak kita sadari?

Inilah yang sering menjebak. Kamu mungkin sudah mengurangi gula di kopi, tapi tanpa sadar mengonsumsinya dari sumber lain. Beberapa sumber gula tersembunyi yang populer antara lain:
- Saus dan Bumbu: Saus tomat, saus sambal botolan, saus barbeku, dan bumbu salad dressing seringkali mengandung gula yang tinggi.
- Minuman "Sehat": Jus buah kemasan, teh botolan, dan minuman isotonik seringkali ditambahkan banyak gula.
- Sereal Sarapan: Banyak sereal, terutama yang ditujukan untuk anak-anak, dilapisi dengan gula.
- Yogurt Rasa Buah: Yogurt tawar itu sehat, tapi yogurt dengan aneka rasa buah biasanya sudah ditambah banyak gula.
- Roti Tawar Putih: Beberapa jenis roti tawar juga mengandung gula tambahan untuk rasa dan tekstur.