Brilio.net - Ketika cuaca panas, keringat akan mengalir deras. Terik matahari membuat badan begitu gerah. Saat itu pula orang mulai mencari tempat berteduh dan ingin menenggak minuman dingin. Es campur pun jadi salah satu andalan paling tepat dinikmati saat panas. Jajanan es campur pun mulai bermunculan di pinggir jalan. Dengan berbagai isian topping, sensasi menyegarkan, dan cita rasa manisnya membuat air liur tak berhenti menetes.

Es campur begitu mudah kamu temukan di Jogja. Namun kali ini ada yang berbeda dari es campur milik Heru Tusdiyanto. Ya, pria asal Manding, Bantul, ini menyajikan es campur yang tak biasa. Bukan unik karena isian atau bentuknya, tapi lebih pada cara penyajiannya. Heru yang membuka warung es campurnya mulai pukul 09.00 WIB pagi ini mendorong gerobaknya dari rumahnya menuju pekarangan luas.

Di gerobak itu tersedia lebih dari sepuluh toples isian es campur. Sebelum selesai menata dagangannya, seringkali sudah ada rombongan datang. Pelanggan mulai memesan menu es campur. Namun bukannya langsung meladeni pembeli, Heru justru mempersilakan pembeli meladeni diri sendiri. Begitulah cara Heru memasarkan es campurnya ini, Es Campur Prasmanan.

foto: Brilio.net/Nur Luthfiana H



"Saya kebetulan kalau bidangnya ya kulineran. Tapi kulinernya yang unik-unik," kata Heru Tusdiyanto ketika berbincang santai dengan brilio.net beberapa waktu lalu.

Menurut pengamatan brilio.net, selama ini di Jogja memang belum ada es campur prasmanan. Sama dengan namanya, 'prasmanan', pembeli bebas memilih dan mengambil topping apa saja dari toples sesuka mereka. Bagi kamu yang belum paham, dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, prasmanan artinya adalah cara menjamu makan dengan mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata secara menarik di beberapa meja.

Dari sudut kejauhan Heru hanya memberi saran kalau cara yang benar adalah menaruh es batu terlebih dulu, lalu tuangkan juruh satu setengah sendok. Selanjutnya bisa memulai mengambil topping. Terakhir, tuangkan susu kental manis dan sirup merah untuk menambah kelezatan.

foto: Brilio.net/Nur Luthfiana H



Jika ada tamu yang datang, Heru awalnya akan membantu pelanggan untuk bisa meracik es sesuai pilihan mereka. Ada es oyen, dawet ungu, es palu butung, dan lain-lain dengan cara menomori setiap toplesnya. Kemudian Heru menuliskan urutan yang sesuai dengan isian es di sablon depan warungnya. Sayangnya cara dan nomor urutan itu sama sekali tak digubris pelanggannya selama ini.

Tapi saat di lapangan, praktiknya para pengunjung lebih senang meramu topping es campur sesuai seleranya sendiri. Sejak itu Heru tak lagi memberi nomor urut pada toplesnya.

"Kepengennya mereka ya terserah mereka sendiri, akhirnya nggak jalan (konsep toples dengan nomor). Jadi mereka melihat aja sudah senang dan kesannya jadi nggak peduli gimana cara bikin es oyen yang benar," ujar Heru sembari tertawa lepas.

foto: Brilio.net/Nur Luthfiana H



Pria yang mengaku sangat mencintai dunia kuliner ini sangat senang saat melihat pelanggannya bersemangat memilih topping. Untuk urusan manis tidaknya, semua itu selera pelanggan. Jika dirasa kurang manis, mereka dipersilakan untuk menambah juruh, sirup, atau susu kental manisnya. Satu mangkuk es campur hanya dihargai kisaran Rp 6.000 hingga 7.000 saja, tergantung banyak tidaknya topping di mangkuk.

Sedangkan untuk mereka yang ingin menambah topping juga dipersilakan. Heru hanya akan mematok harga tambahan sekitar Rp 1.000 saja atau lebih sesuai apa tambahannya.

Selama ini Heru tak pernah merasa rugi saat pembeli mengambil topping dengan jumlah berbeda. Sebab semua harga topping menurut Heru memiliki kisaran harga yang sama. Jadi pelanggan diperbolehkan menambah isian sesuka hati. "Untuk harga itu rata-rata semua, jadi dikalkulasi pun satu toples itu cuma Rp 10 ribu semua," pungkasnya.

foto: Brilio.net/Nur Luthfiana H



Heru membuka warung es campurnya ini sejak bulan puasa tahun ini, tepatnya pada Juni 2019 lalu. Pada awalnya ia menyajikan 19 varian topping, namun kini dirasa ada beberapa topping yang selalu tersisa dan dirasa tak begitu disukai pembeli, lalu kini hanya ada 15 topping saja. Adapun isiannya terdiri dari cincau, kolang-kaling, agar-agar, sagu mutiara, tape putih, agar-agar lembek hijau, nanas, melon, roti tawar, rumput laut, cendol dawet ungu, kelapa muda, dan biji selasih.

Uniknya lagi, warung es campur prasmanan miliknya ini berada di gang kecil dan berdekatan dengan sawah-sawah. Meskipun lapaknya berada di lokasi tersembunyi, namun makin hari semakin banyak pelanggan baru datang karena penasaran dengan konsep unik warung esnya itu.

foto: Brilio.net/Nur Luthfiana H



"Kalau yang pinggir jalan raya itu sebenarnya udah punya yang untuk bakso, tapi malah saya kontrakkan. Kepikirannya kok, trennya tuh sekarang yang penting makanannya unik, murah. Itu di mana pun tempatnya tetep pada dicari gitu lho. Jadi seolah-olah orang nggak mencari mudahnya, tapi mencari uniknya, murahnya, enaknya," jelas Heru.

Selang beberapa waktu setelah membuka es campur, Heru pun mulai membangun inisiatif lagi. Dia ingin buka warung dari pagi, alhasil ia menambah menu baru, yakni menu soto. Lagi-lagi ia mengedepankan keunikan, menu soto ala Heru ini disajikan dengan mangkuk bumbung atau dari potongan pohon bambu. Sehingga saat pembeli memegang soto dari bagian luar tidak akan terasa panas, namun bagian dalamnya tak membuat soto cepat dingin.

foto: Brilio.net/Nur Luthfiana H



Untuk soto daging bumbungnya ini, Heru hanya mematok harga Rp 5.000 saja. Dengan harga yang begitu murah dan cara penyajiannya unik, tak ayal dagangan Heru langsung ramai diburu pencinta kuliner. Dalam sehari Heru bisa melayani lebih dari seratus orang. Lebih dari 150 mangkuk es campur dan soto bumbungnya ludes sebelum sore hari.