Brilio.net - Kabar mengejutkan datang dari dunia olahraga, tepatnya dari Kota Malang, Jawa Timur. Sejumlah atlet binaraga yang tengah mempersiapkan diri untuk ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jatim 2025 dikabarkan terpaksa mengonsumsi ayam tiren—alias ayam yang mati sebelum disembelih—karena keterbatasan dana untuk memenuhi kebutuhan protein harian mereka.

Video para atlet tersebut tengah membersihkan ayam tiren dalam jumlah besar sempat viral di media sosial. Menurut informasi dari Ketua Persatuan Binaraga dan Fitnes Indonesia (PBFI) Malang, Indra Khusnul, para atlet membeli tiga karung ayam tiren dari peternak dengan harga sekitar Rp100 ribu. Namun, dari jumlah tersebut, hanya satu karung yang layak dikonsumsi. Ayam-ayam tersebut dibersihkan, dimasak, lalu diambil bagian dadanya—yang dikenal sebagai bagian kaya protein dan rendah lemak—untuk kebutuhan pembentukan otot.

Viral atlet binaraga makan ayam tiren
Istimewa

Fenomena ini tidak hanya menyentuh sisi kemanusiaan, tetapi juga membuka perbincangan penting seputar apa itu ayam tiren, bahaya ayam tiren bagi kesehatan, serta alasan mengapa ayam ini seharusnya tidak dikonsumsi, baik dari segi agama maupun medis.

Apa Itu Ayam Tiren?

Ayam tiren adalah istilah dalam bahasa Indonesia untuk ayam yang mati kemarin, atau secara lebih spesifik, ayam yang mati bukan karena disembelih secara syar’i atau higienis, melainkan karena sakit, mati mendadak, atau sebab lain yang tidak diketahui. Kata “tiren” sendiri merupakan singkatan dari “mati kemarin”.

Ayam tiren sering kali tidak layak konsumsi karena tidak melalui proses penyembelihan yang benar, sehingga darah tidak keluar dari tubuh. Hal ini mengakibatkan daging ayam menyimpan darah yang seharusnya dibuang, yang bisa menjadi media berkembangnya berbagai jenis bakteri berbahaya.

Bahaya Ayam Tiren bagi Kesehatan

Mengonsumsi ayam tiren menyimpan risiko kesehatan yang serius. Beberapa bahaya yang bisa timbul antara lain:

1. Keracunan Makanan

Ayam yang mati sebelum disembelih tidak lagi segar dan cepat membusuk. Daging seperti ini bisa terkontaminasi bakteri seperti Salmonella dan E. coli, yang dapat menyebabkan keracunan makanan. Gejalanya bisa berupa mual, muntah, diare, bahkan demam tinggi.

2. Infeksi Saluran Pencernaan

Kandungan mikroorganisme patogen dalam ayam tiren bisa menyebabkan infeksi pada lambung dan usus, terutama jika proses pemasakan tidak benar-benar membunuh semua bakteri.

3. Toksin dan Racun Bakteri

Beberapa jenis bakteri yang berkembang dalam ayam busuk bisa menghasilkan racun yang tidak hilang meski dimasak. Racun ini bisa memicu reaksi alergi, masalah hati, hingga gangguan ginjal jika dikonsumsi terus-menerus.

4. Risiko Kanker Jangka Panjang

Konsumsi daging yang terkontaminasi bahan kimia atau mikroorganisme beracun dalam jangka panjang berpotensi meningkatkan risiko kanker, terutama kanker usus dan lambung.

Ayam Tiren dalam Perspektif Agama dan Etika

Dari segi agama Islam, ayam tiren tidak halal untuk dikonsumsi karena tidak disembelih sesuai dengan syariat. Dalam ajaran Islam, hewan yang dikonsumsi harus disembelih dengan menyebut nama Allah dan mengalirkan darahnya. Ayam yang mati sebelum disembelih dianggap bangkai, dan dalam hukum Islam, bangkai adalah haram untuk dikonsumsi.

Selain itu, dari perspektif etika dan keamanan pangan, menjual atau mengonsumsi ayam tiren jelas bertentangan dengan prinsip kesehatan masyarakat. Di beberapa negara, termasuk Indonesia, distribusi daging ayam tiren juga dilarang oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) karena termasuk dalam kategori bahan pangan yang tidak layak konsumsi.

Ciri-Ciri Ayam Tiren yang Harus Diwaspadai

Untuk menghindari risiko kesehatan, penting untuk mengetahui ciri-ciri ayam tiren yang umum ditemukan di pasaran:

1. Warna Pucat dan Tidak Segar

Daging ayam tiren umumnya terlihat lebih pucat dan tidak cerah seperti ayam segar. Kadang warnanya kehijauan atau kebiruan.

2. Tekstur Lembek dan Berair

Daging terasa lebih lembek, dan sering kali mengeluarkan cairan berlebihan yang berbau tidak sedap.

3. Aroma Anyir atau Busuk

Salah satu ciri paling mudah dikenali adalah bau amis menyengat atau bahkan bau busuk.

4. Darah Membeku di Bagian Dalam

Karena tidak disembelih, darah tidak keluar sempurna. Biasanya terdapat gumpalan darah di bagian leher atau dada ayam.

5. Mata Sayu atau Menghitam

Jika ayam masih memiliki kepala, matanya terlihat tidak jernih dan tampak tenggelam.

Tanggung Jawab dan Harapan untuk Atlet

Kisah para atlet binaraga di Malang yang terpaksa mengonsumsi ayam tiren untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian seharusnya menjadi perhatian serius bagi pemangku kebijakan. Dalam konteks olahraga prestasi, asupan gizi merupakan bagian fundamental dari keberhasilan atlet. Protein hewani yang baik seperti daging ayam, telur, dan ikan adalah komponen penting dalam membentuk massa otot dan menjaga performa tubuh.

Kebutuhan ini tidak seharusnya dipenuhi dengan jalan berisiko seperti mengonsumsi ayam tiren. Ketua PBFI Malang menyatakan bahwa kebutuhan gizi seorang atlet binaraga bisa mencapai Rp3 juta per bulan, jumlah yang tidak kecil tapi sangat penting untuk persiapan kompetisi. Sayangnya, sampai awal Mei 2025, dana dari Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Malang belum juga cair, membuat para atlet harus mencari alternatif.

Regulasi dan Pencegahan Konsumsi Ayam Tiren

Pemerintah sebenarnya telah mengatur larangan penjualan ayam tiren melalui Peraturan Menteri Pertanian dan BPOM. Ayam yang mati karena sebab selain disembelih tidak boleh masuk ke rantai distribusi pangan. Namun, lemahnya pengawasan dan tekanan ekonomi membuat praktik ini masih terjadi di lapangan.

Untuk mencegah konsumsi ayam tiren, penting dilakukan:

- Edukasi kepada masyarakat, termasuk pedagang dan konsumen, tentang bahaya ayam tiren.
- Peningkatan pengawasan di pasar-pasar tradisional, tempat ayam tiren sering beredar.
- Bantuan nyata kepada kelompok rentan, termasuk atlet, agar tidak terjebak pada pilihan pangan berisiko.

 

Kisah viral atlet binaraga Malang yang terpaksa mengonsumsi ayam tiren membuka mata banyak pihak tentang kondisi di balik layar dunia olahraga prestasi. Selain menjadi pengingat penting tentang pentingnya pendanaan tepat waktu, peristiwa ini juga menekankan perlunya edukasi dan pengawasan terhadap bahan pangan yang beredar di masyarakat.

Ayam tiren, meskipun tampak seperti solusi murah, menyimpan bahaya besar baik dari sisi kesehatan maupun agama. Mengenali ciri-ciri ayam tiren dan memahami risikonya adalah langkah awal untuk memastikan bahwa asupan protein tidak berakhir menjadi ancaman bagi tubuh.

Jika isu ini terus dibiarkan, bukan hanya prestasi yang terancam, tapi juga keselamatan mereka yang mengorbankan segalanya demi mengharumkan nama daerah dan bangsa.