Brilio.net - Pernah nggak sih, lagi asyik makan enak, terus tiba-tiba di kepala ada suara kecil yang nyeletuk, "ini garamnya kebanyakan nggak, ya?". Di satu sisi, makanan gurih itu nikmatnya tiada tara. Di sisi lain, kita semua tahu anjuran buat mengurangi garam demi kesehatan. Rasanya serba salah.

Tapi, gimana kalau ada jalan tengahnya? Sebuah trik simpel di dapur yang bisa bikin rasa masakan tetap nendang tanpa harus 'banjir' garam. Siap-siap, karena solusinya datang dari bahan yang mungkin selama ini sering dapat citra buruk: MSG. Yup, Monosodium Glutamat. Alih-alih jadi musuh, bahan ini justru bisa jadi pahlawan tak terduga di dapur kita.

Gini deh cara kerjanya. Diungkap briliofood dari SASA, Rabu (24/9) kandungan natrium di dalam MSG itu cuma sepertiga dari natrium di garam dapur biasa. Jadi, secara komposisi saja sudah lebih rendah.

Nah, kabar baiknya, ini bukan cuma teori. Sebuah penelitian (Kumar & Bhatia, 2022) membuktikan kalau kita mengganti sebagian takaran garam dengan MSG saat memasak, kita bisa memangkas total konsumsi garam harian sampai 30–40%. Coba bayangin, pengurangannya signifikan banget, tapi rasa lezat masakan tetap terjaga. Ini bukan cuma soal angka, tapi soal investasi kesehatan jangka panjang buat jantung, ginjal, dan tekanan darah kita.

"Tunggu, tapi bukannya MSG itu bahan kimia buatan?" Nah, di sinilah plot twist utamanya.

Foto: Chef Martin Praja, Brand Ambassador Sasa MSG, memberikan kesempatan kepada peserta acara untuk langsung mencicipi masakan yang rasanya semakin lezat setelah diberikan MSG dengan takaran yang tepat.

MSG yang dipakai Sasa itu asalnya dari bahan alami, yaitu tetesan tebu. Prosesnya pun natural banget, namanya fermentasi. Proses ini sama persis dengan cara orang membuat tempe, kecap, atau yogurt. Jadi, sama sekali bukan proses kimia yang aneh-aneh.

Hasil dari fermentasi ini adalah zat bernama glutamat. Uniknya, glutamat ini adalah 'teman lama' tubuh kita. Kenapa? Karena zat ini sama persis dengan glutamat alami yang ada di dalam tomat, jamur, keju, bahkan ASI. Jadi, tubuh kita sudah kenal baik dengannya sejak lahir.

“Faktanya, glutamat dalam MSG sama dengan yang ada di sayuran, buah, dan daging. Jadi tidak ada alasan khawatir, asalkan secukupnya. Bagi yang ingin lebih sehat lagi, penggunaan MSG juga bisa mengurangi porsi garam untuk memberikan rasa lezat pada makanan kita,” jelas Dr. Rita Ramayulis, DCN, M.Kes, Nutrisionis.

Di Indonesia, MSG sudah dapat lampu hijau dari BPOM sebagai Bahan Tambahan Pangan yang diizinkan (lewat Peraturan Kepala BPOM No. 11 Tahun 2019), plus sertifikat halal dari MUI dengan nomor 07870398 Tahun 2010. Dukungan legalnya bahkan sudah ada dari dulu banget, lewat surat keputusan dari Kementerian Kesehatan (SK No: 235/Menkes/PER/DL/79) dan juga Kementerian Agama (SK No: B VI/02/2444/1976).

Di panggung dunia, ceritanya sama. Badan Kesehatan Dunia (WHO/FAO) mengakuinya aman. Bahkan di Amerika, FDA sudah memberikan status GRAS (Generally Recognized As Safe) sejak tahun 1958. Itu artinya, jauh sebelum banyak dari kita lahir, keamanannya sudah diakui.

Di Balik Misi Meluruskan Fakta: Kampanye MSG #YangBenar

Foto: Melalui kampanye MSG #YangBenar, PT Sasa Inti mengajak masyarakat untuk melihat MSG (Monosodium Glutamat) dari perspektif yang tepat. Sasa melibatkan para ahli, seperti dokter, ahli nutrisi, chef, dan food technologist untuk bersama-sama memaparkan informasi yang benar mengetahui kandungan alami dan manfaat sehat yang dimiliki oleh MSG. (Kiri-Kanan: Dr. Sonia Wibisono, Medical Doctor, Dr. Rita, Pakar Nutrisi, Albert Dinata, Head of Marketing PT Sasa Inti, Martin Praja, Celebrity Chef, Harry Nazaruddin, Food Technologist)

Semua fakta keren tadi tentu perlu disebarkan biar nggak jadi rahasia lagi. Di sinilah PT Sasa Inti mengambil peran lewat kampanye edukasi mereka, MSG #YangBenar. Seperti kata Head of Marketing-nya, Albert Dinata, lezat itu penting, tapi yang lebih penting adalah perasaan tenang saat menyajikan masakan untuk keluarga. Kampanye ini lahir dari keinginan tersebut.

Kami ingin masyarakat tahu bahwa MSG (Monosodium Glutamat) aman digunakan karena terbuat dari bahan alami, dan justru bisa membantu pola makan yang lebih sehat jika digunakan dengan bijak,” ujar Albert Dinata.

Untuk meluruskan semua miskonsepsi, Sasa nggak nanggung-nanggung. Mereka seakan mengumpulkan 'tim impian' yang terdiri dari para ahli. Ada nutrisionis Dr. Rita Ramayulis, Food Technologist Harry Nazaruddin, Dr. Sonia Wibisono, Mom-fluencer Caca Tengker, sampai Chef Martin Praja. Mereka semua berbagi pandangan dan pengalaman nyata.

Strategi penyebarannya juga modern banget. SASA membuat laman MSGyangbenar.sasa.co.id, untuk jadi pusat semua informasi valid. Konten-konten informatif juga disebar di media sosial. Biar nggak cuma teori, ada juga demo masak buat nunjukkin langsung takaran yang pas di dapur, plus sesi ngobrol interaktif bareng berbagai komunitas. Semua ini dilakukan agar kita bisa melihat MSG dari sudut pandang yang benar, berdasarkan fakta, bukan mitos.

Jadi, intinya, kuncinya ada di takaran yang pas. Cukup satu sendok teh (sekitar 3-4 gram) untuk masakan keluarga empat porsi, dan ini aman kok untuk anak di atas dua tahun. Kampanye ini seakan mengajak kita untuk kenalan ulang sama MSG, tapi kali ini dengan data yang solid, bukan lagi katanya-katanya.