Amankah makan ikan asin setiap hari? Kenali batas aman, bahaya formalin, dan cara cerdas menikmatinya
Diperbarui 30 Jul 2025, 17:02 WIB
Diterbitkan 31 Jul 2025, 10:00 WIB

Brilio.net - Ikan asin dan nasi hangat adalah perpaduan klasik yang sulit ditolak oleh lidah orang Indonesia. Dari sambal jambal roti yang pedasnya nendang, tumis peda dengan irisan petai, hingga teri medan yang ditabur di atas nasi liwet, ikan asin selalu berhasil menjadi bintang yang membuat hidangan jadi lebih hidup. Rasanya yang gurih dan asinnya yang khas memang punya daya pikat magis sebagai pembangkit selera makan.
Saking nikmatnya, terkadang kita bisa makan dengan lauk ini setiap hari tanpa merasa bosan. Namun, di balik kenikmatannya yang melegenda itu, pertanyaan yang sering muncul di benak kita adalah, "sebenarnya, amankah makan ikan asin setiap hari?" Pertanyaan ini sangat wajar, mengingat proses pengasinan dan pengawetan yang dilaluinya.
Jawabannya tentu tidak sesederhana ya atau tidak. Ikan asin bukanlah musuh yang harus dihindari sama sekali, tapi juga bukan lauk yang bisa disantap tanpa aturan. Kuncinya terletak pada pemahaman akan risikonya dan cara cerdas untuk menikmatinya. Artikel ini akan menjadi panduan lengkapmu untuk mengenali sisi lain dari ikan asin, mulai dari bahaya yang perlu diwaspadai hingga tips praktis agar kamu bisa tetap menyantapnya dengan cara yang lebih aman dan sehat.
Dua Risiko Utama di Balik Sepotong Ikan Asin
Sebelum kita bisa menikmatinya dengan bijak, penting untuk mengenali dua potensi risiko utama yang melekat pada ikan asin.
1. Kandungan Garam (Natrium) yang Sangat Tinggi
Ini adalah risiko yang paling jelas. Proses pengasinan bertujuan untuk menarik keluar air dari daging ikan agar awet, dan ini dilakukan dengan menggunakan garam dalam jumlah yang sangat banyak. Saat kita mengonsumsi garam (natrium) berlebih, tubuh akan menahan lebih banyak cairan untuk mengencerkannya.
Apa Akibatnya? Volume darah dalam tubuh akan meningkat, memaksa jantung bekerja lebih keras untuk memompanya ke seluruh tubuh. Kondisi inilah yang disebut tekanan darah tinggi atau hipertensi. Jika dibiarkan terjadi terus-menerus, hipertensi dapat meningkatkan risiko penyakit serius lainnya seperti penyakit jantung, stroke, dan gangguan ginjal. Ini bukan berarti sekali makan ikan asin langsung berbahaya, tapi risikonya akan terakumulasi jika dikonsumsi secara rutin dalam jumlah banyak.
2. Ancaman Tersembunyi: Bahaya Pengawet Formalin
Ini adalah risiko yang lebih mengkhawatirkan karena melibatkan kecurangan dari oknum produsen yang tidak bertanggung jawab. Formalin adalah bahan kimia yang biasa digunakan sebagai desinfektan atau pengawet jenazah, dan sama sekali tidak boleh digunakan untuk makanan.
Kenapa Digunakan? Oknum produsen menggunakan formalin karena harganya murah dan sangat efektif membuat ikan asin terlihat lebih menarik, tidak mudah busuk, dan sangat awet meskipun disimpan di suhu ruang dalam waktu lama.
Bahayanya Bagi Tubuh: Dalam jangka pendek, konsumsi formalin bisa menyebabkan iritasi saluran cerna, mual, muntah, dan pusing. Dalam jangka panjang, paparan formalin secara terus-menerus bersifat karsinogenik, artinya dapat memicu pertumbuhan sel kanker.
Jadi Detektif di Dapur: Cara Mengenali Ikan Asin Berformalin
Jangan khawatir, kamu bisa menjadi "detektif" untuk melindungi dirimu sendiri. Ikan asin yang mengandung formalin memiliki ciri-ciri fisik yang cukup jelas dan bisa kamu kenali.
1. Tidak Dihinggapi Lalat: Ini adalah pertanda paling mudah dikenali. Lalat punya insting alami untuk menghindari bahan kimia berbahaya. Jika kamu melihat ikan asin yang dijual di tempat terbuka tapi tidak ada satu pun lalat yang mendekat, kamu patut curiga.
2. Tekstur Sangat Kaku dan Keras: Ikan asin alami memang kering, tapi dagingnya masih memiliki sedikit kelenturan saat ditekan. Ikan asin berformalin cenderung sangat kaku, keras, dan tidak mudah patah.
3. Warna Cenderung Lebih Bersih atau Pucat: Formalin bisa berfungsi seperti pemutih, sehingga ikan asin yang direndam di dalamnya seringkali terlihat lebih bersih dan pucat dibandingkan ikan asin yang diproses secara alami.
4. Sangat Awet di Suhu Ruang: Ikan asin berformalin bisa bertahan berhari-hari bahkan berminggu-minggu di suhu ruang tanpa menunjukkan tanda-tanda kerusakan seperti berjamur atau menjadi lembap.
5. Aroma yang Tidak Alami: Meskipun sulit dibedakan bagi orang awam, ikan asin berformalin terkadang memiliki bau kimia yang tajam dan menyengat di balik aroma khas ikan asin itu sendiri.
Kunci Menikmati Ikan Asin dengan Cerdas dan Aman
Setelah mengetahui risikonya, bukan berarti kamu harus berhenti total. Berikut adalah cara-cara cerdas untuk tetap menikmati ikan asin favoritmu.
Langkah Wajib:
Kurangi Kadar Garamnya: Sebelum dimasak, selalu lakukan proses persiapan untuk mengurangi rasa asinnya. Cuci bersih di bawah air mengalir, lalu rendam dalam air biasa selama 30-60 menit. Cara ini efektif mengurangi kadar garam yang menempel dan terserap di daging ikan.
Moderasi adalah Kunci:
Jangan Jadikan Lauk Utama Setiap Hari: Anggaplah ikan asin sebagai penambah cita rasa atau 'sambal', bukan sebagai sumber protein utama harianmu. Batasi konsumsinya, cukup 1 hingga 2 kali seminggu dalam porsi yang wajar sudah lebih dari cukup untuk memuaskan keinginanmu.
Seimbangkan dengan Makanan Kaya Serat dan Kalium: Ini adalah trik sehat yang sangat penting.
Perbanyak Sayuran: Saat makan dengan lauk ikan asin, pastikan piringmu juga dipenuhi oleh sayuran hijau seperti tumis kangkung, lalapan, atau sayur bening. Serat membantu menjaga kesehatan pencernaan.
Konsumsi Makanan Sumber Kalium: Kalium adalah mineral yang berfungsi membantu tubuh mengeluarkan kelebihan natrium (garam) melalui urin. Makanan kaya kalium antara lain pisang, alpukat, tomat, bayam, dan ubi jalar.
Minum Air Putih yang Cukup: Air putih membantu kerja ginjal dalam menyaring dan membuang kelebihan garam dari dalam tubuh. Pastikan kamu minum cukup air putih di hari kamu mengonsumsi ikan asin.
Dengan menerapkan kebiasaan ini, kamu bisa tetap menikmati kelezatan ikan asin tanpa perlu khawatir berlebihan akan dampak buruknya bagi kesehatan jangka panjang.
Tanya Jawab (FAQ) Seputar Konsumsi Ikan Asin
1. Q: Selain garam, apakah ikan asin masih punya kandungan gizi yang bermanfaat?
A: Ya. Meskipun sebagian nutrisinya berkurang selama proses pengasinan, ikan asin tetap menjadi sumber protein hewani. Ikan asin yang dikonsumsi bersama tulangnya, seperti ikan teri, juga merupakan sumber kalsium dan fosfor yang baik untuk kesehatan tulang dan gigi.
2. Q: Saya curiga sudah terlanjur membeli ikan asin berformalin. Apakah ada cara untuk menghilangkannya?
A: Sayangnya, formalin meresap ke dalam daging ikan sehingga sangat sulit untuk dihilangkan sepenuhnya hanya dengan proses rumahan. Merendamnya dengan air panas atau air garam memang bisa sedikit mengurangi kadar di permukaan, tapi tidak akan menghilangkannya secara total. Langkah paling aman jika kamu sangat yakin ikan tersebut berformalin adalah dengan tidak mengonsumsinya.
3. Q: Apakah ada jenis ikan asin yang kadar garamnya secara alami lebih rendah?
A: Umumnya, ikan asin yang berukuran lebih kecil dan tipis (seperti teri nasi atau petek) cenderung memiliki kadar garam yang bisa lebih cepat berkurang saat direndam dibandingkan ikan asin berdaging tebal dan besar (seperti jambal roti). Namun, ini bukan aturan pasti. Semua jenis ikan asin tetap harus melalui proses perendaman untuk mengurangi garamnya.
4. Q: Jika saya sudah memiliki riwayat hipertensi, haruskah saya menghindari ikan asin sepenuhnya?
A: Untuk penderita hipertensi, sangat disarankan untuk berkonsultasi langsung dengan dokter atau ahli gizi. Umumnya, dokter akan menyarankan untuk sangat membatasi atau bahkan menghindari makanan yang sangat tinggi natrium seperti ikan asin. Jangan mengambil risiko tanpa nasihat medis yang profesional.
5. Q: Bagaimana perbandingan kandungan garam pada ikan asin dengan makanan asin lainnya seperti mie instan atau keripik?
A: Perbandingannya bisa sangat signifikan. Kandungan garam dalam ikan asin (sebelum diolah) seringkali jauh lebih pekat per gramnya dibandingkan makanan olahan seperti mie instan atau keripik. Satu bungkus mie instan bisa mengandung 1.000-1.800 mg natrium. Sementara dalam 100 gram ikan asin, kandungan natriumnya bisa mencapai ribuan miligram, bahkan di atas 5.000 mg sebelum direndam. Ini menunjukkan betapa pentingnya proses perendaman dan pembatasan porsi.
(brl/tin)RECOMMENDED ARTICLES
- 7 Resep olahan ikan asin yang praktis dan lezat untuk menu sahur
- 11 Resep masakan rumahan ndeso olahan ikan asin yang bikin nagih
- 11 Macam masakan rumahan dari ikan asin, enak, sederhana, dan mudah dibuat
- 11 Menu masakan rumahan sehari-hari serba ikan asin, lezat dan bikin nagih
- Bukan pakai kopi, ibu muda ini punya trik usir bau bekas goreng ikan asin cuma dengan 2 bahan dapur
FOODPEDIA
Video
Selengkapnya-
Jalan Makan Shiki, resto sukiyaki bergaya kansai daging disajikan dengan permen kapas
-
Jalan Makan Kari Lam, jualan sejak 1973 membawa rasa nostalgia
-
Jalan Makan Sroto Eling-Eling, gurihnya kuah dan melimpahnya daging kuliner Banyumas