Limun Oriental minuman menyegarkan khas Pekalongan, dulunya jadi incaran priyayi Jawa

Limun Oriental minuman menyegarkan khas Pekalongan, dulunya jadi incaran priyayi Jawa
foto: brilio.net/Devi Aristya Putri

Brilio.net - Pekalongan merupakan sebuah kota yang tersembunyi di jantung Pulau Jawa yang mempunyai sejarah dan keindahan budaya yang tak ternilai harganya. Terkenal dengan julukan "Kota Batik”, Pekalongan menjadi tempat di mana kain berwarna-warni menjadi hidup dalam setiap helai yang diciptakan para pengrajin berbakat.

Tidak hanya dikenal karena keindahan tekstilnya saja, kota ini menawarkan berbagai ragam petualangan bagi mereka yang ingin menggali warisan budaya Jawa lebih dalam. Penjelajahan ini bisa dimulai dari menelusuri tempat bersejarah yang memukau, seperti museum, pasar tradisional, dan kekayaan kuliner lezat.

Berbicara mengenai wisata kuliner, ada minuman khas Pekalongan yang tidak boleh kamu lewatkan ketika berkunjung ke kota ini yaitu Limun Oriental. Bagi masyarakat Pekalongan, minuman ini biasanya disebut dengan nama lain yaitu Limun Beruap.

Limun Oriental minuman menyegarkan khas Pekalongan, dulunya jadi incaran priyayi Jawa

foto: brilio.net/Devi Aristya Putri

Terbuat dari bahan utama yaitu asam sitrat, air sari buah, dan karbondioksida yang memberikan sensasi beruap ketika pertama kali minuman ini dibuka tutup botolnya. Dengan sensasi tersebut, minuman ini memberikan rasa segar ketika dinikmati dengan cuaca kota Pekalongan yang cukup panas.

Tak hanya itu, Limun Oriental memiliki keiistimewaan lain karena minuman ini menjadi salah satu hidangan para priyayi Jawa pada masanya. Keunikan dari Limun Oriental tak sampai di sini saja. Ternyata dibalik rasanya yang memanjakan lidah, produksi pembuatan limun masih memakai cara tradisional.

Limun Oriental minuman menyegarkan khas Pekalongan, dulunya jadi incaran priyayi Jawa

foto: brilio.net/Devi Aristya Putri

Limun Oriental minuman menyegarkan khas Pekalongan, dulunya jadi incaran priyayi Jawa

Menjadi minuman khas bersejarah

Tahapan pembuatan limun ini dimulai dari pencucian botol beling yang kemudian bilas. Lalu ditiriskan selama satu malam hingga tidak ada bekas air sama sekali. Tahapan kedua masuk ke proses pembuatan air berkarbonasi.

Limun Oriental minuman menyegarkan khas Pekalongan, dulunya jadi incaran priyayi Jawa

foto: brilio.net/Devi Aristya Putri

Pada tahapan ini melewati pencampuran air dan zat carbon dioxide atau karbon dioksida yang dilakukan di dalam sebuah tabung khusus. Di samping itu, untuk pemilihan air tidak asal pilih. Pembuatan limun ini menggunakan air yang bersumber dari air mata gunung di daerah sekitar Pekalongan yaitu Rogoselo.

Limun Oriental minuman menyegarkan khas Pekalongan, dulunya jadi incaran priyayi Jawa

foto: brilio.net/Devi Aristya Putri

"Dan ini proses pencampuran pada mesinnya masih pakai zaman dulu. Jadi nanti pas tekanan tertentu zat CO2 nya akan larut dengan air. Kalau airnya terlalu sempurna, maka akan jadi air karbonasi atau dengan kata lain airnya sudah mengandung zat CO2. Otomatis dia akan mengalir ke botol-botol," jelas Bernardi Sanyoto saat ditemui brilio.net padaSelasa (10/10).

Limun Oriental minuman menyegarkan khas Pekalongan, dulunya jadi incaran priyayi Jawa

foto: brilio.net/Devi Aristya Putri

Setelah melalui proses di atas, botol-botol tersebut segera disegel agar gasnya tidak hilang. Tahapan terakhir yaitu proses pengecekan produk dan diberi label produk. Semua proses tersebut selalu dilakukan ketika pesanan limun ini tengah melonjak.

Sebagai informasi, produksi limun ini dilakukan pada siang hari, mulai sekitar jam satu hingga jam tiga sore. Dan dalam sekali produksi atau sejam sekali tempat produksi limun yang dimiliki oleh Bernardi ini memproduksi kurang lebih seribu botol.

"Sesuai pesanan juga, biasanya sampai tiga jam empat jam. Kalau orderan banyak itu agak lama," ujarnya.

Menjadi minuman khas bersejarah

Limun Oriental minuman menyegarkan khas Pekalongan, dulunya jadi incaran priyayi Jawa

foto: brilio.net/Devi Aristya Putri

Limun Oriental tidak hanya menjadi minuman khas daerah yang memiliki cita rasa unik. Di balik kesegaran minuman yang dipadukan dengan es batu itu ada sejarah yang melatarbelakangi berdirinya usaha keluarga ini. Limun Oriental Cap Nyonya Silhuet ini berdiri sejak 1920 di Kedungwungi.

Pendirinya adalah kakek buyut dari Bernardi Sanyoto yang kini merupakan generasi kelima usaha keluarga tersebut. Diceritakan oleh Bernardi, ketika zaman penjajahan tengah berlangsung, sang kakek sempat menuntut ilmu dengan Belanda. Diketahui, ia menuntut ilmu di Hooges School dan sempat belajar bikin mesin.

Limun Oriental minuman menyegarkan khas Pekalongan, dulunya jadi incaran priyayi Jawa

foto: brilio.net/Devi Aristya Putri

"Terus orang Belandanya ngajarin cara bikin minuman karbonasi itu gimana. Soalnya di daerah belanda sana banyak senang minuman bir gitu. Akhirnya dicoba di sini bikin minuman berkarbonasi, seperti itu," ujarnya.

Mesin tersebut dirakit sendiri oleh sang kakek. Hingga pada akhirnya, ketika mesin tersebut telah selesai dan dicoba berhasil, sang kakek tercinta merintis usia di rumah. Selain berjualan dari rumah, sang kakek buyut juga menjajal untuk berjualan secara door to door menggunakan sepeda.

Seiring dengan bertambahnya tahun, usaha ini semakin berkembang luas dan banyak disukai oleh banyak orang, baik dari dalam maupun luar Pekalongan. Ada beberapa varian rasa yang banyak dipesan oleh pelanggan Limun Oriental Nyonya Siluet, diantaranya yaitu coffee mocha, orange, dan frambos.

"Akhirnya beliau memutuskan untuk mencari lokasi untuk produksi masal," ujarnya.

Limun Oriental minuman menyegarkan khas Pekalongan, dulunya jadi incaran priyayi Jawa

Menurunnya masa kejayaan akibat produk asing

Menurunnya masa kejayaan akibat produk asing

Limun Oriental minuman menyegarkan khas Pekalongan, dulunya jadi incaran priyayi Jawa

foto: brilio.net/Devi Aristya Putri

Pada 1970 hingga 1980 menjadi masa kejayaan dari perdagangan Limun Oriental ini. Bahkan pada tahun itu, minuman legendaris ini sempat dipasarkan sampai keluar kota, tepatnya Jakarta, Surabaya, dan Cirebon. Namun hal tersebut tidak berangsur lama.

Pada 1990-an produk asing seperti Fanta, Coca-cola, dan lainnya mulai masuk ke pasar Indonesia. Tentunya hal tersebut membawa dampak buruk bagi penjualan Limun Oriental.

"Itu mereka secara teknologi itu lebih maju jadi cost produksinya lebih murah, produknya lebih bersaing. Akhirnya produk lokal kita semakin tergusur," jelasnya.

Limun Oriental minuman menyegarkan khas Pekalongan, dulunya jadi incaran priyayi Jawa

foto: Instagram/@limunoriental

Walau usaha ini sempat mengalami pasang surut, Limun Oriental ini tetap ada dan eksis di tengah gempuran coffee shop. Tentunya hal tersebut mereka pertahankan dengan berbagai cara. Mulai dari rasa yang tidak pernah berubah dan melakukan inovasi dari cara pemasaran.

Pada 2017 Bernardi melakukan sebuah pengamatan kecil yang bisa meningkatkan penjualannya kembali. Dengan cara membuka kedai di depan rumahnya dan mulai memasarkan limun melalui media sosial. Inovasi ini pun disambut dengan baik oleh masyarakat Pekalongan yang pada saat itu sudah mulai ngetren tempat nongkrong dengan suasana yang unik.

"Saya bikin cafe, saya tawar-tawarin ke cafe dan warmindo. Akhirnya bisa jalan lagi sampai sekarang. Sekarang di Jakarta ada beberapa tempat yang ambil. Kota lain ada Bandung, Jogja, dan Solo," imbuhnya.

(brl/mal)

Video

Selengkapnya
  • Jalan Makan Shiki, resto sukiyaki bergaya kansai daging disajikan dengan permen kapas

    Jalan Makan Shiki, resto sukiyaki bergaya kansai daging disajikan dengan permen kapas

  • Jalan Makan Kari Lam, jualan sejak 1973 membawa rasa nostalgia

    Jalan Makan Kari Lam, jualan sejak 1973 membawa rasa nostalgia

  • Jalan Makan Sroto Eling-Eling, gurihnya kuah dan melimpahnya daging kuliner Banyumas

    Jalan Makan Sroto Eling-Eling, gurihnya kuah dan melimpahnya daging kuliner Banyumas

Review

Selengkapnya