Brilio.net - Pernahkah kamu membayangkan sepiring nasi pulen hangat yang baru matang, mengepulkan aroma wangi yang khas, siap disantap dengan lauk favorit? Momen sederhana ini bisa menjadi puncak kenikmatan setelah seharian beraktivitas. Namun, apa jadinya jika nasi yang tersaji justru terasa aneh, terlalu lembek, atau bahkan cepat basi? Bisa jadi, pangkal masalahnya ada pada bahan utama yang paling mendasar: beras yang kamu beli.

Di tengah kebutuhan pokok yang tinggi, isu beras oplosan menjadi sebuah kekhawatiran yang nyata. Ini bukan lagi sekadar soal untung rugi, tetapi menyangkut kualitas gizi dan keamanan pangan yang masuk ke tubuh kita. Beras oplosan, yang sering kali merupakan campuran antara beras berkualitas baik dengan beras rusak, menir, atau bahkan bahan-bahan non-pangan, bisa menjadi ancaman tersembunyi. Sayangnya, membedakannya sering kali terasa sulit bagi mata awam. Tapi jangan khawatir, kamu tidak perlu alat canggih atau keahlian khusus. Cukup dengan "contekan" sederhana yang mengandalkan panca indra, kamu sudah bisa menjadi detektif beras yang andal saat berbelanja.

Pentingnya Menjadi Konsumen Cerdas Menurut Pakar

Sebelum masuk ke trik praktis, penting untuk memahami mengapa kejelian ini diperlukan. Menurut Prof Tajuddin Bantacut, seorang Pakar Teknologi Industri Pertanian dari IPB University, beras oplosan memiliki ciri khas yang sebenarnya bisa dikenali jika kita cukup jeli. Prof Tajuddin menekankan bahwa masalah ini tidak bisa dianggap remeh.

“Jika menemukan nasi yang berbeda dari biasanya seperti warna, bau (aroma), tekstur dan butiran maka dapat ‘dicurigai’ sebagai beras yang telah dioplos dalam arti terdapat kerusakan mutu atau keberadaan benda asing,” jelasnya dalam sebuah wawancara online yang dikutip BrilioFood dari laman resmi IPB University, ipb.ac.id, Minggu (13/7).

Lebih lanjut, Prof Tajuddin juga menyoroti bahaya kesehatan yang mengintai. Dalam beberapa kasus, beras oplosan sengaja dicampur dengan zat kimia berbahaya untuk memanipulasi tampilan.

“Terlebih apabila mengandung bahan kimia atau pengawet, bisa berbahaya untuk kesehatan,” tegasnya.

Dengan bekal pemahaman ini, mari kita asah kepekaan panca indra kita dengan lima trik jitu berikut.

Trik 1: Aktifkan Mode Mata Jeli, Kenali dari Warna dan Bentuknya

Trik pertama dan termudah adalah menggunakan indra penglihatan. Jangan terburu-buru memasukkan beras ke keranjang belanja. Luangkan waktu sejenak untuk mengamatinya secara saksama.

Cara melakukan tes visual:

1. Ambil Sampel: Jika memungkinkan, ambil segenggam beras dan letakkan di telapak tanganmu.

2. Perhatikan Warna: Beras berkualitas baik memiliki warna putih susu atau putih bening yang seragam di setiap butirnya. Waspadalah jika kamu menemukan:

- Warna Kusam dan Pucat: Ini bisa menjadi indikasi beras stok lama yang kualitasnya sudah menurun.
- Banyak Butiran Kekuningan/Kecoklatan: Butiran berwarna kuning atau coklat adalah tanda beras sudah rusak, mungkin karena lembap atau terserang jamur.
- Warna Terlalu Putih Mengkilap: Hati-hati, kilap yang tidak wajar bisa jadi berasal dari penambahan bahan kimia pelicin atau pemutih.

3. Amati Bentuk dan Ukuran: Selain warna, perhatikan ukuran butiran beras. Beras yang berasal dari satu jenis padi yang sama akan memiliki bentuk dan ukuran yang relatif seragam. Jika dalam genggamanmu terdapat campuran antara butiran utuh, butiran patah (menir) dalam jumlah banyak, dan ukuran yang berbeda-beda, ini adalah salah satu ciri utama beras oplosan.

Seperti yang ditekankan oleh Prof Tajuddin, beras oplosan dapat dengan mudah "terlihat dari warna yang tidak seragam, butiran yang berbeda ukuran". Jadi, jika matamu menangkap adanya keanehan ini, sebaiknya segera cari pilihan beras yang lain.

Trik 2: Gunakan Sentuhan Jari, Rasakan Teksturnya

Setelah puas mengamati, kini saatnya menggunakan indra peraba. Tekstur beras bisa mengungkapkan banyak hal tentang kualitas dan proses pengolahannya.

Cara melakukan tes tekstur:

1. Genggam dan Rasakan: Ambil segenggam beras, lalu remas perlahan. Rasakan sensasi di telapak tangan dan sela-sela jarimu.
2. Cek Kelicinannya: Beras alami akan terasa sedikit kasar dan kesat. Jika beras terasa sangat licin, seolah dilapisi lilin atau minyak, kamu patut curiga. Ini bisa jadi ciri beras yang diberi bahan pelicin kimia agar tampak lebih menarik.
3. Tes Kerapuhan: Coba tekan beberapa butir beras dengan ujung jarimu. Beras yang baik memiliki struktur yang kokoh dan tidak mudah patah. Jika beras terasa rapuh dan gampang hancur menjadi tepung, kemungkinan besar itu adalah beras stok lama atau beras yang kualitasnya rendah.

Praktik culas memoles ulang beras rusak juga disinggung oleh Prof Tajuddin.

“Beras yang rusak bisa dipoles ulang. Namun, jika kerusakannya sudah parah, baik secara fisik, kimiawi, maupun mikrobiologis, maka tidak layak untuk dikonsumsi. Terlebih apabila mengandung bahan kimia atau pengawet, bisa berbahaya untuk kesehatan,” jelasnya. Lapisan pelicin kimia inilah yang sering kali terasa tidak wajar saat disentuh.

Trik 3: Andalkan Indra Penciuman, Deteksi Aroma Tak Lazim

Jangan remehkan kekuatan hidungmu! Aroma adalah salah satu indikator kualitas pangan yang paling jujur. Beras yang baik memiliki aroma yang khas dan alami.

Cara melakukan tes aroma:

1. Ambil Beras: Ambil segenggam beras dari karung atau wadah.
2. Dekatkan ke Hidung: Dekatkan genggaman tanganmu ke hidung.
3. Hirup Aromanya: Hirup dalam-dalam. Apa yang kamu cium?
- Aroma Khas Beras: Beras berkualitas akan mengeluarkan aroma wangi khas gabah atau sedikit wangi pandan alami (untuk jenis pandan wangi).
- Aroma Apek atau Tengik: Jika yang tercium adalah bau apek, ini pertanda beras sudah disimpan terlalu lama dalam kondisi lembap.
- Aroma Bahan Kimia: Waspada jika tercium bau aneh seperti parfum, pemutih, atau zat kimia lain yang menyengat. Ini adalah sinyal bahaya bahwa beras tersebut mungkin telah dicampur dengan pewangi atau bahan kimia berbahaya lainnya.

Imbauan untuk waspada terhadap bau tak wajar ini juga datang dari Prof Tajuddin.

"Hindari membeli beras tanpa label atau dari sumber yang tidak jelas," sarannya, karena beras seperti ini sering kali tidak terjamin kualitas dan keamanannya.

Trik 4: Lakukan Ujian Air Pertama Saat Mencuci

Sudah terlanjur membeli beras dan masih ragu? Tenang, ada satu lapis pertahanan terakhir sebelum beras dimasak. Ujian saat mencuci beras adalah momen pembuktian yang sangat efektif.

Cara melakukan tes saat mencuci:

1. Tuang Beras dan Air: Masukkan sejumlah beras yang akan dimasak ke dalam wadah, lalu tuangkan air bersih.

2. Amati Air Cucian Pertama: Perhatikan baik-baik air cucian pertamamu. Air cucian beras yang baik memang akan sedikit keruh karena lapisan tepung alami, namun tetap terlihat wajar. Curigalah jika:
- Air cucian sangat keruh pekat seperti air kapur.
- Air berubah warna menjadi kekuningan atau warna aneh lainnya.
- Tercium bau kimia yang menguar saat beras bertemu air.

3. Perhatikan Benda Mengambang: Aduk perlahan beras di dalam air. Amati apakah ada benda-benda asing yang mengapung ke permukaan. Biji plastik atau material non-pangan lain yang mungkin dicampurkan biasanya memiliki massa jenis yang lebih ringan dari air dan akan mengambang.

Saran ini sejalan persis dengan nasihat praktis dari Prof Tajuddin.

“Cuci beras sebelum dimasak dan waspadai bila ada benda asing yang mengambang,” ucapnya. Momen mencuci ini adalah kesempatan emas untuk melakukan verifikasi akhir.

Trik 5: Bukti Final di Meja Makan, Evaluasi Nasi yang Matang

Ini adalah tahap pembuktian pamungkas. Nasi yang sudah matang tidak akan bisa berbohong tentang kualitas beras asalnya.

Cara melakukan tes setelah dimasak:

1. Cermati Tekstur Nasi: Nasi dari beras oplosan sering kali memiliki tekstur yang aneh. Seperti yang diungkapkan Prof Tajuddin, salah satu cirinya adalah "tekstur nasi yang lembek setelah dimasak". Selain terlalu lembek, nasi juga bisa menjadi terlalu keras, pera, atau tidak pulen merata.

2. Perhatikan Daya Simpan: Nasi dari beras berkualitas buruk atau yang mengandung banyak mikroorganisme cenderung lebih cepat basi, berair, dan berbau asam, bahkan jika disimpan di dalam rice cooker.

3. Rasakan Aftertaste-nya: Saat dimakan, nasi dari beras oplosan mungkin meninggalkan rasa aneh atau getir di lidah.

Jika kamu menemukan ciri-ciri ini pada nasimu, ada baiknya untuk tidak melanjutkan konsumsi dan mempertimbangkan untuk tidak membeli beras dari sumber yang sama di kemudian hari.


foto ilustrasi: Freepik/lifeforstock

Jenis Oplosan dan Batas Simpan Beras yang Perlu Diketahui

Untuk melengkapi pengetahuanmu, Prof Tajuddin menjelaskan ada tiga jenis praktik pengoplosan yang umum terjadi. Pertama, beras dicampur bahan lain seperti jagung. Kedua, beras "blended" atau campuran beberapa varietas beras untuk tujuan tertentu. Ketiga, dan yang paling berbahaya, adalah beras rusak yang dipoles ulang agar tampak bagus, padahal mutunya sudah hancur.

Selain itu, perhatikan juga daya simpannya.

“Idealnya beras hanya disimpan maksimal enam bulan agar kualitasnya tetap terjaga,” pungkas Prof Tajuddin. Menyimpan terlalu lama, bahkan di tempat yang baik sekalipun, tetap berisiko menurunkan kualitas beras secara alami.

FAQ (Frequently Asked Questions)

1. Apa yang harus dilakukan jika sudah terlanjur membeli sekarung beras yang diduga oplosan?

Jika keraguan sangat kuat dan menyangkut keamanan (misalnya, berbau kimia), sangat disarankan untuk tidak mengonsumsinya. Kamu bisa mencoba mengembalikannya ke penjual jika memungkinkan. Jika tidak, anggap ini sebagai pelajaran berharga. Namun, jika hanya oplosan menir (patahan beras), kualitasnya memang menurun tapi masih relatif aman dikonsumsi meski nasi tidak akan pulen.

2. Apakah harga yang sangat murah sudah pasti menandakan beras oplosan?

Harga sangat murah memang patut dicurigai, karena sering kali produsen menekan biaya dengan menggunakan bahan baku berkualitas rendah atau rusak. Namun, harga mahal juga bukan jaminan 100% bebas oplosan. Itulah mengapa keterampilan sensorik pribadi menjadi filter terpenting di atas patokan harga.

3. Bagaimana cara menyimpan beras yang benar di rumah agar kualitasnya awet?

Simpan beras di wadah yang kering, kedap udara, dan tertutup rapat. Jauhkan dari sinar matahari langsung dan tempat yang lembap untuk mencegah pertumbuhan jamur dan kutu. Hindari meletakkan wadah beras langsung di lantai untuk menghindari kelembapan.