Brilio.net - Makanan tradisional merupakan bagian dari warisan budaya masyarakat Indonesia. Keberadaannya memberikan kekhasan tersendiri bagi suatu daerah dan dapat menjadi daya tarik di bidang kuliner. Setiap daerah memiliki makanan khas nya masing-masing, tidak terkecuali Kotagede, Yogyakarta. Kotagede memiliki makanan khas yang biasa disebut sebagai kue Kipo.

Ukuran dan bentuknya kecil, sehingga dapat dimakan hanya dengan sekali gigit. Ada filosofi tersendiri mengapa kue ini ukurannya kecil, itu karena ketika kamu memakan makanan dalam bentuk yang besar, maka akan mudah kenyang dan puas.

Namun, jika kamu menyantap makanan dalam bentuk yang kecil, biasanya tidak akan kenyang dan merasa puas, sehingga rasa ingin makan masih terus ada. Istilahnya adalah ketagihan.

Kipo merupakan makanan dengan kulit berwarna hijau dan beraroma pandan serta isiannya yang manis oleh enten-enten. Kipo kurang lebih mirip dengan klepon, namun ada banyak perbedaan antar keduanya.

Kipo dapat ditemui di Jalan Mondorakan nomor 27 Kotagede Yogyakarta, atau yang banyak dikenal sebagai Kipo "Bu Djito". Kipo tersebut diketahui sebagai Kipo pertama asli Kotagede, karena keluarga Bu Djito merupakan perintis pembuatan makanan tradisional ini.

Meskipun Bu Djito sudah meninggal, tetapi nama "Bu Djito" tetap melekat sebagai nama bentuk penghargaan atas dedikasinya dalam melestarikan Kipo sebagai makanan tradisional dari Kotagede. Kini, usaha Kipo "Bu Djito" dilanjutkan oleh putrinya, Istri Rahayu.

 

Magang: Ricka Milla Suatin

 

Asal-usul nama Kipo.

Asal usul nama Kipo menjadi salah satu keunikan kue itu sendiri. Dari kata-kata tersebut, maka makanan tradisional Kotagede ini diberi nama Kipo.

"Orang-orang Kotagede sangat kental dengan logat Jogja-Solo nya, dan dalam berinteraksi biasanya menanyakan 'iki opo?' untuk menunjuk jenis makanan yang belum diketahui namanya, dan sudah menjadi kebiasaan ketika kita untuk mengucap sesuatu tidak bisa secara komplit seperti halnya 'iki opo?', dan hanya terucap kipo," ujar Istri Rahayu, penerus Kipo "Bu Djito" generasi ke-3.

Istri menjelaskan cara memasak kue basah ini adalah dengan dipanggang. Paduan kelapa parut denngan gula merah, dan dilapisi oleh kulit yang diolah dari tepung ketan, Kipo memiliki rasa yang lezat. Kipo dibuat dari adonan tepung ketan sebagai kulit luarnya.

"Di dalam kulit tersebut terdapat isi yang dinamakan enten-enten atau parutan kelapa yang dicampur dengan gula jawa. Perpaduan enten-enten dengan kulit Kipo yang terbuat dari tepung ketan yang diolah dan diberi sedikit garam setelah dipanggang ini, akan menghasilkan rasa yang manis-manis gurih, " ujarnya.

Kipo di Kotagede menjadi camilan yang diproduksi secara turun temurun atau warisan keluarga dan sampai dengan tahun 2004 sudah memasuki generasi ke-3. Sebagai warisan budaya leluhur, Kipo sudah selayaknya dipertahankan, dilestarikan, dan dikenalkan kepada generasi muda agar dapat dinikmati di masa yang akan datang. Apalagi menilik dari sejarah perkembangannya, Kipo dulu pernah berada pada masa surut atau hampir punah keberadaannya dan kurang familiar di kalangan masyarakat.

Hingga pada sekitar tahun 1986 ada seorang pelaku usaha Kipo di Kotagede yang berusaha melestarikan dan memperkenalkan Kipo di berbagai kalangan melalui beberapa event sebagai kekayaan budaya kuliner Yogyakarta. Pengusaha kue Kipo generasi ke-1 yaitu Mbah Mangun Irono (tahun 1920-1946), generasi ke-2 yaitu Ibu Paijem Djito Suhardjo (tahun 1946-1991), dan generasi ke-3 yaitu Dra. Istri Rahayu (tahun 1991-sekarang).

Kepunahan kue Kipo tidak berlangsung lama karena nama Kipo "Bu Djati" mulai menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Saat ini pun sudah lumayan banyak warga Yogyakarta yang mengetahui kue Kipo. Kipo memang tidak punah, tetapi tergolong sebagai makanan yang sudah langka.

Alasannya adalah karena biasanya para penjual kue Kipo hanya memproduksi tidak lebih dari 100 bungkus kue, kecuali jika ada pesanan. Satu potong Kipo besarnya tidak lebih besar dari jempol tangan orang dewasa, dan dalam satu bungkus Kipo terdiri dari lima isian. Harga jual kue Kipo yaitu 2.500 rupiah saja.