Bocoran dapur porter Rinjani: Ini cara dapat makanan “hotel bintang 5” selama mendaki & kisaran harga
Diperbarui 23 Jul 2025, 15:49 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2025, 12:00 WIB

Brilio.net - Buat kamu yang hobi naik gunung, makanan sering jadi tantangan tersendiri. Biasanya, menu andalan nggak jauh-jauh dari mi instan atau lauk kering seadanya. Tapi, pemandangan itu kayaknya nggak berlaku kalau kamu mendaki Gunung Rinjani di Lombok. Di sini, para pendaki bisa merasakan sensasi makan mewah layaknya di hotel bintang lima, lengkap dengan plating cantik di ketinggian ribuan meter di atas permukaan laut.
Kebayang nggak, lagi capek-capeknya trekking, terus disuguhin nasi goreng hangat, kari ayam, sampai buah semangka segar? Nah, di balik kemewahan ini, ada tangan-tangan terampil para porter yang merangkap jadi koki andal.
Untuk mengulik rahasia "dapur di atas awan" ini, tim brilio.net berkesempatan ngobrol lewat pesan singkat dengan salah satu pemandu wisata di Rinjani. Namanya Irsan, tapi lebih akrab disapa San. Sebagai pemandu wisata berlisensi sejak 2017, San yang merupakan putra asli Lombok dari Kecamatan Bayan ini paham betul seluk-beluk kehidupan para porter. Dalam kesempatan wawancara lewat pesan singkat ini, San juga mencoba menggali informasi langsung dari kawan-kawan porter dan ia bagikan pada brilio.net.
foto:TikTok San Rinjani Trekking Guide
"Kegiatan masak untuk tamu ini sebenarnya sudah dari dulu kami lakukan, terutama sejak pariwisata pendakian Rinjani mulai ramai sekitar tahun 2000-an," kata San dalam balasan pesan singkatnya kepada brilio.net, Selasa (22/7).
Namun, menurutnya, layanan yang benar-benar memperhatikan detail sampai plating dan presentasi makanan baru ngetren beberapa tahun terakhir.
foto:TikTok San Rinjani Trekking Guide
Gotong royong angkut logistik puluhan kilogram
Lalu, gimana caranya mereka menyulap puncak gunung jadi “restoran”?
Semua bahan makanan rupanya disiapkan dan dibawa langsung dari bawah. Jangan kaget, logistik makanan yang dibawa satu porter beratnya bisa mencapai 25–35 kg, lho! Itu pun belum termasuk tenda, kompor, alat masak, dan perlengkapan pribadi.
"Iya, semua bahan makanan kami beli dari bawah lalu diangkut naik gunung," jelas San.
foto:TikTok San Rinjani Trekking Guide
Hebatnya lagi, semua menu bisa disesuaikan dengan permintaan pendaki.
"Kami sangat terbuka dengan permintaan tamu. Kadang tamu menyampaikan pantangan makanan, alergi, atau preferensi seperti vegetarian, halal, atau ingin makanan lokal. Kami akan menyesuaikan sejak dari belanja bahan," tambahnya.
foto:TikTok San Rinjani Trekking Guide
Di balik sajian lezat ini, ada kerja tim yang solid. Menurut San, para porter yang rata-rata berusia 20–35 tahun ini sudah punya pembagian tugas yang jelas.
"Biasanya sudah ada pembagian tugas sejak awal: siapa yang belanja, siapa bawa logistik masak, siapa bagian masak utama, dan siapa yang plating atau cuci piring. Semua sudah paham peran masing-masing, tapi tetap saling bantu. Rasa gotong royongnya sangat kuat," ungkap pria yang mendapat lisensi dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) ini.
Skill masak dari senior, YouTube, dan permintaan tamu
Keterampilan memasak dan menata makanan ini, para porter Rinjani dapatkan dari berbagai sumber. Sebagian besar belajar otodidak dari para senior, melihat tamu, atau bahkan nonton YouTube saat sedang turun gunung. Beberapa di antaranya juga pernah mengikuti pelatihan perhotelan dasar dari Dinas Pariwisata.
foto:TikTok San Rinjani Trekking Guide
Layanan "restoran" ini buka sepanjang hari. Para porter siap memasak di pos-pos peristirahatan seperti pos 2, pos 3, hingga area camping di Plawangan atau danau. Dalam satu trip pendakian 4 hari 3 malam, mereka bisa memasak berat sebanyak 5–6 kali, belum termasuk camilan serta kopi dan teh. Semua disiapkan dengan perhitungan waktu dan tenaga agar para pendaki dan porter tetap nyaman selama perjalanan.
"Kami siapkan sarapan, makan siang, makan malam, dan juga camilan serta teh/kopi di sela-sela perjalanan," kata San.
foto:TikTok San Rinjani Trekking Guide
Soal menu, ada beberapa yang jadi favorit. Pendaki mancanegara biasanya suka nasi goreng, pisang goreng, kari ayam, dan sayur sop. Sementara pendaki lokal nggak jauh-jauh dari sambal, ayam goreng, dan telur ceplok. Buah segar seperti semangka dan apel jadi primadona untuk melepas dahaga. Untuk trip 3-4 hari, mereka bisa menyiapkan 8-12 menu berbeda, lho!
“Kami bawa buah, sayur, daging, dan bahan pokok lainnya. Bahkan ada juga yang request kopi spesial atau teh herbal, kami siapkan juga,” ujar San.
foto:TikTok San Rinjani Trekking Guide
Sudah termasuk dalam paket, ini kisaran biayanya
Potret San
foto: TikTok San Rinjani Trekking Guide
Sobat Brilio penasaran soal biayanya? Layanan masak ini biasanya sudah termasuk dalam paket trekking. Harga trip keseluruhan bisa berkisar Rp3.500.000-4.500.000.
Sementara itu, dari sisi porter, biasanya untuk trip standar 3 hari 2 malam, mereka mendapat pemasukan Rp750.000-Rp1.100.000 per orang porter, tergantung jumlah peserta dan level pelayanan.
Koordinasi untuk layanan logistik makanan ini biasanya langsung dari pendaki ke tour organizer. Mereka yang akan mengatur pembagian tugas porter dan guide.
Di tengah kesibukan melayani para tamu, lalu apa yang dimakan oleh para porter sendiri? San menjelaskan bahwa para porter punya jatah porsi terpisah.
"Kami biasanya ada porsi terpisah untuk porter, tapi tetap makan dari logistik yang sama dengan tamu. Kalau stok dari tamu cukup banyak, kami juga makan menu yang sama. Tapi kadang kami juga bawa mi instan atau lauk kering cadangan untuk berjaga-jaga," pungkas San yang resmi menjadi pemandu wisata Rinjani sejak tahun 2017.
Wah, Sobat Brilio, salut banget, ya, sama dedikasi para porter Rinjani. Berkat mereka, pendakian yang melelahkan bisa berubah jadi pengalaman kuliner yang tak terlupakan.
(brl/tin)
RECOMMENDED ARTICLES
- Imbas dua turis jatuh, jalur pendakian Pelawangan Sembalun Gunung Rinjani ditutup sementara
- Pendaki wanita Belanda jatuh di Gunung Rinjani, alami patah leher, dievakuasi pakai helikopter
- Turis asal Swiss jatuh di Gunung Rinjani alami patah tulang dan pendarahan, sempat kesulitan evakuasi
- Ahli forensik Brasil menduga Juliana Marins masih hidup 32 jam setelah jatuh pertama di Gunung Rinjani
- Usia 62 tahun masih kuat mendaki, ini 9 potret Atiek CB berhasil naik ke puncak gunung Rinjani
- Brasil umumkan hasil autopsi Juliana Marins, ini respons keluarga karena merasa hasil autopsi bocor
FOODPEDIA
Video
Selengkapnya-
Jalan Makan Shiki, resto sukiyaki bergaya kansai daging disajikan dengan permen kapas
-
Jalan Makan Kari Lam, jualan sejak 1973 membawa rasa nostalgia
-
Jalan Makan Sroto Eling-Eling, gurihnya kuah dan melimpahnya daging kuliner Banyumas